Sabtu, 29 Maret 2014

SEKUAT CAHAYA KASIHMU, IBU...



SURAT TERAKHIR DARI IBU

Kawanku, izinkan aku bercerita kepadamu
Tentang sosok luar biasa yang berada jauh disana
Suatu hari yang teduh,
Kupandangi ia inci demi inci
Tetapi, ia hanya tersenyum padaku tanpa sepatah katapun
Kembali kupandangi ia,
Ibuku yang sudah lusuh bahunya
Tetapi kedua tangannya masih setia menggendong
Si bakul tua yang ia jajalkan setiap hari
Untung-untung jika nasib sedang memihaknya
Ibuku yang berjalan di bahu hari dengan kaki terseok-seok
Menitih jalan panjang dengan sandal jepitnya yang hampir putus
Tak ada siapa-siapa yang peduli pada dagangannya yang tak laku
Tetapi., ia tetap melangkahkan kakinya
Hari yang panjang ia susuri demi sesuap nasi hanya untuk bahagiaku
Suara riuh ramai kendaraan menjadi sahabatnya setiap hari
Sementara aku hanya tertidur di rumah yang rindang
Tanpa harus ikut berpanas-panasan dengannya.
Geliat debu, polusi, keringat mengepuli wajahnya yang teduh.
Ibuku, yang semakin tua.
Ia pulang di senja kala
Tapi belum juga ia beri kesempatan pada tubuhnya
Tuk sejenak beristirahat dan melerai letihnya.
Ia masih harus mengurusiku, mendengarkanku yang rewel
Yang tak mau mengerti betapa lelah beban yang ia pikul.
Tapi, ia tetap mengulumkan senyumnya padaku
Tak pernah ia membentakku, berkata kasar padaku, atau memukuliku.
Tak pernah.
…………………
Kini, aku bukanlah lagi anakmu yang rewel, bu.
Aku merasa telah mampu menentukan jalan hidupku sendiri.
Dan kurasa, inilah yang menjadi inginku.
Aku senang, aku tertawa, aku bahagia.
Aku merasa begitu bebas, bu.
Sedangkan, engkau. Hanya duduk dan terbatuk-batuk
Diatas kursi goyangmu.
Dan di pangkuanmu, hanya ada si bakul tua yang lapuk dimakan rayap.
Tapi, aku tak peduli, bu.
Kini, aku merasa begitu bebas tanpamu.
Tak lagi harus ku lihat engkau yang kelelahan.
Tak lagi harus kudengar suara batukmu
Yang membuat bising telingaku.
Tak harus kulihat engkau yang pulang kerja
Dengan baju dekil dan kumalmu itu.
Tak lagi harus kubanting pintu dihadapanmu
Jika pintaku tak kau penuhi.
Aku tak harus melihat tangisanmu
Yang selalu buatku kesal, kesal dan kesal.
Aku begitu bebas tanpamu bu. Aku begitu bebas.
Tapi, kini ditempat ini. Kubaca surat terakhir darimu.
“anakku yang kusayangi. Maafkan ibu
Yang tak pernah bisa menjadi inginmu
Maafkan ibu yang hanya jadi pengganggu dalam hidupmu.
Tak bisa berikanmu sesuatu yang berarti.
Maafkan ibu yang selalu buatmu kesal dengan suara batukku.
Tapi, taukah engkau anakku?
Tak pernah engkau lekang dari ingatan ibu
Dalam samar-samar cahaya pelita, kusebut namamu dalam do’aku
Kupintakan pada Tuhan
Agar ia menghalaukanmu dari bahaya
Agar Ia senantiasa menjagamu yang berada jauh dirantauan.
Semoga engkau tak kurang satu apapun.
Anakku, tak pernah luput engkau dari bayangan ibu
Berharap waktu ‘kan segera membawamu kembali.
Tapi mungkin ketika hari itu tiba.
Kita tak lagi bernafas di bawah langit yang sama.
Kini ibu tak lagi bersamamu. ”
......................................
(Surat Dari Ibu)
'"Anakku yang kusayangi. Maafkan ibu yang tak bisa jadi inginmu.
Maafkan ibu yang selalu menjadi penghalang disetiap kesenanganmu.
Maafkan ketidakmampuan ibu tuk penuhi semua pintamu.
Tak bisa berikanmu sesuatu yang berarti.
Ibu minta maaf, karena selalu mengganggu tidurmu
dengan suara batukku.
Tapi, taukah engkau anakku?
Diantara samar-samar cahaya pelita
kau tak pernah lekang dari ingatan ibu.
Disetiap do'aku kusebut namamu anakku.
Memastikan engkau 'kan terjaga oleh Tuhan,
memintakan agar engkau menjadi orang yang jaya dirantauan.
Tak kurang satu apapun.
Anakku tak pernah luput engkau dari bayangan ibu.
Berharap waktu kan segera membawamu kembali.
Tapi, mungkin ketika hari itu tiba
kita tak lagi bernafas dibawah langit yang sama.
Kini, ibu tak lagi bersamamu."

Oleh : GreenMIND