Sabtu, 12 April 2014

A MEMORY




SAHABAT OH SAHABAT
          Matahari keluar dari persembunyiannya, semerbak aroma pagi meremuk tubuhku yang dingin. Pagi-pagi sekali kulangkahkan kaki menuju tempat kuliah yang jarak cukup jauh dari kediaman sementaraku. Sepanjang trotoar kakiku menghentak debu-debu yang bergelut dengan raungan ratusan kendaraan memadati jalan-jalan kota. Rinai tak mungkin hadir pagi ini, karena matahari jauh lebih terang darinya. Tapi, hatiku tetap berharap bahwa rinai itu berkenan turun sebentar. “Kenapa harus begitu yah?”, tanyaku sendiri dalam kepala.
            Aku mencoba menjawab sendiri pertanyaan yang menurutku konyol ini. Sambil kakiku terus melangkah,dan  bibirku menggumam-gumam kecil. Akhirnya langkah ini terhenti juga, dan si roda empat segera menyambut nafasku yang terengah segera membawaku menuju tempatku menuntut ilmu sekarang.
            Ya, memikirkan tempat kuliahku sama artinya memancing diri untuk tertarik ke dalam suasana kaku dan membosankan. Aku tak tau apa yang salah dari semua ini, keadaan kah? Waktukah? Atau aku sendiri? Belum habis pertanyaanku ini, pertanyaan yang tadi kembali mencuat dipikiranku. Mengapa aku harus mengharapkan rinai untuk sejenak turun dari singgasananya? Untuk menjawabnya kucoba menghitung mundur waktu dari tempatku sekarang berpijak sampai kepada memoar setahun yang lalu ketika aku di madrasah. Oh, ternyata aku sedang rindu.
            Dalam khayalku berkata “Inikah duniamu sekarang yang membalikkan badanmu sangat jauh dari genggaman tanah kelahiranmu sendiri, melemparkan pkiranmu jauh dari suasana berkawan?”.  Sahabat oh sahabat, mengapa tak lagi berkawan denganku, tak lagi berbagi cerita denganku? Lupakah engkau, atau aku yang terlalu jauh? Atau begitu sibukkah kita?
            Aku mengaharapkan rinai, agar ia menutupi sejenak rinduku, tapi aku begitu naïf. Berharap seolah-olah waktu sedang berjalan mundur, dan untuk sejenak berkenan menghadirkan kita kembali duduk di dalam ruang kelas, bersama kursi-kursi kayu, papan tulis hitam dan putih, rumput hijau madrasah kita serta baju putih abu-abu yang lekat di badan.  Tak lupa pula suasana ribut di dalam kelas, suasana gaduh saling mengejek, suara lantang ibu dan bapak guru. Saling tegur sapa di jam istirahat yang masih sering kita sebut ‘keluar main’. Antrian yang begitu ramai diseluruh kantin di madrasah, dan pastinya yang paling laris kantin  ‘Mama Daya’, hahaha. Aku tertawa kecil dengan khayalanku itu, tanpa kusadari sudah lama rupanya air ini keluar dari mataku begitu saja. Betapa kegilaan dan kekompakan kita semua takkan bisa tergerus oleh suasana baru sekalipun. Kurindukan becandaan kita kawan, kurindukan kejengkelan kita dengan kepala madrasah dan bapak ibu guru yang sering member tugas kelewatan. Kurindukan suasana upacara yang khidmat. Kurindukan keseriusan kita serta keletihan demi keletihan yang muncul bertubi-tubi pada saat kita akan menghadapi ujian nasional 2013. Aku tak percaya, begitu cepat waktu mengubah semuanya kawan.
Oleh : GreenMIND

Tidak ada komentar:

Posting Komentar